Jikar
adalah sebuah kendaraan/sejenis gerobak yang di tarik oleh seekor sapi. Jikar
biasanya di gunakan untuk mengangkut barang. Dulu masih sangat jarang kendaraan
bermotor bahkan tidak ada kendaran seperti truk atau pick up untuk mengangkut
batu dari gunung. Akhirnya orang-orang dulu memakai gerobak yang di tarik oleh
sapi (jikar) untuk mengangkut mengangkut batu ke tomang (tungku) tempat
pembakaran untuk mengubah batu menjadi kapur.
Dulu
sangat banyak sekali orang yang mempunyai jikar, mereka memakai jikar untuk
meringankan pekerjaan mereka. Dan untuk mensyukuri jikar dan hasil kerja
mereka, mereka mengadakan acara besar-besaran setiap tahun tepatnya pada hari
raya ketupa, tujuh hari setelah hari raya idul fitrih.
Disebut
mantanah jikar ( mantennya jikar) karena semua jikar di dandani dan diberi
hiasan, anak-anak yang duduk diatas jikar juga didandani seperti manten,
setelah semua sudah di hias jikar-jikar dibawa keliling desa jaddih karena
tradisi ini biasanya di adakan di jaddih. Jikar berjalan disepanjang jalan
dijaddih semacam kirab, semua orang baik yang tua, muda, maupun yang masih
anak-anak berbondong-bondong pergi untuk melihat mantanah jikar. Sejak pagi
mereka sudah memedati tempat-tempat dipinggir jalan yang dilalui mantanah
jikar, bukan hanya penduduk jaddih saja yang meramaikan tradisi ini tapi juga penduduk
dari desa-desa tetangga juga datang, seperti desa bilaporah dan desa parseh.
Mantanah
jikar ini adalah sebuah syukuran dan juga hiburan bagi masyarakat serta pemilik
jikar itu sendiri karna bukan syukuran saja tapi juga ajang perlombaan jikar.
Yang dimaksud perlombaan di sini bukan untuk mengadu kekuatan atau kecepatan
sapi berlari tapi sebuah perlombaan untuk mencari jikar yang paling bagus
hiasannya karena siapa yang hiasan jikarnya paling bagus dan menarik akan
mendapatkan hadiah, maka dari itu para pemilik jikar saling berlomba-lomba agar
jikarnya menjadi pemenang dan mendapatkan hadiah.
Sejak
adanya kendaraan yang bertenaga mesin, masyarakat mulai meninggalkan jikar dan
lebih memilih tenaga mesin yang lebih mudah dan cepat. Sekarang jikar sudah
tidak di gunakan lagi, apalagi sudah ada kendaraan bermesin seperti truk untuk
mengangkut barang dan batu.
Jika
jikar sudah tidak ada lagi/punah, bagaimana dengan tradisi mantanah jikar?
Apakah tradisi itu sudah di tinggalkan oleh masyarakat?, jawabannya tidak,
karna meskipun jikar sudah tidak ada lagi mereka tetap mengadakan tradisi itu
setiap tahunnya, tapi bukan jikar yang mereka pakai melainkan dokar. Meskipun
jikar sudah dig anti dokar, tradisi itu tetap di namakan “mantanah jikar”,
karna meskipu jikar sudah tidak ada dokar masih ada sampai sekarang ini. Jika
anda ingin menemukan dokar datanglah ke klobungan. Klobungan jalan masuk menuju
desa Bilaporah, di sana masih banyak sekalli dokar-dokar sebagai alat
transportasi, seperti alat transportasi bagi orang yang mau pergi ke pasar atau
pulang dari pasar yang bawaan mereka banyak sekali sehingga tidak bisa di
angkut dengan sepeda motor. Apalagi masyarakat bilaporah yany akan menjual
salak hasil kebun mereka sendiri ke klobungan. Mereka masih sangat membutuhkan
dokar sebagai kendaraan untuk mengangkut salak mereka yang jumlahnya
berbak-bak.
Mantanah
jikar mempunyai nama lain yaitu “tak tik tuk”, karna sebagian orang menyebut
mantanah jikar dengan sebutan tak tik tuk. Kenapa di namakan tak tik tuk? Karna
pada malam harinya sebelum besok pagi di mulai acaranya orang yang mempunyai
jikar dan keluarganya serta tetangganya tidak tidur(le’ melle’) sambil menabuh
sesuatu sehingga terdengar bunyi tak tik tuk. Dari bunyi tersebut kemudian
sebagian orang menyebut tradisi ini dengan tak tik tuk.
Tidak
lengkap rasanya jika hari raya ketupat tanpa tradisi ini. Meskipun tanpa jikar
tradisi ini tetap di adakan. Tradisi ini menjelaskan bahwa masyarakat madura
tidak hanya seorang masyarakat keras serta kejam seperti yang biasa di anggap
oleh kebanyakan orang tapi merurupakan seorang yang komunikatif dan ramah serta
senang menghibur diri dengan tradisi dan budaya yang ada sehingga tidak
menyebabkan budaya di madura menjadi punah dan juga tidak menyebabkan madura
kehilangan budaya.
Madura adalah sebuah pulau yang memiliki banyak budaya,
tradisi, adat dan kebiasaan. Setiap wilayah di Madura mempunyai tradisi-tradisi
local yang masih banyak sekali orang-orang yang belum mengetahui tentang
tradisi tersebut. Yang mereka ketahui hanyalah sebagian kecil tradisi-tradisi
yang ada di Madura. Seperti kerapan sapid an rokat tase’. padahal jika kita
lihat lebih dalam lagi, setiap desa memiliki tradi lebih dari satu bahkan
puluhan tradisi yang masih belum di ketahui orang banyak.
Kali ini saya akan memaparkan satu dari sekian banyak
tradisi yang ada di Madura. Tradisi yang akan saya paparkan di sini merupakan
tradisi yang ada di jaddih. Jaddih adalah sebuah desa yang letaknya berada di
antara desa Bilaporah dan desa Parseh. Jaddih memiliki banyak tradisi, bukan
hanya tradisi yang di miliki desa Jaddih tapi juga tempat-tempat yang sangat
menarik, tapi saya hanya akan memaparkan salah sa tradisi yang sangat di
senangi masyarakat Jaddih. Tradisi itu adalah “Mantanah jikar”. Tradisi ini
biasa di adakan di desa jaddih salah satu desa yang ada di madura, tepatnya
desa jaddih kecamatan socah kabupaten bangkalan. Tradisi ini tidak ada
hubungannya dengan mistis atau upacara ritual, tradisi ini merupakan sebuah
syukuran tentang keberadaan jikar yang di miliki masyarakat jaddih.
Tadisi ini biasanya di adakan pada lebaran ketupat.
Lebaran ketupat ini juga merupakan tradisi yang ada di madura, dan jarang
sekali di temukan di luar madura, karna pada lebaran ketupat terdapat sebuah
kebiasaan yang sangat unik yaitu budaya “ter-ater”. Ter-ater adalah sebuah
tradisi masyarakat madura pada saat lebaran ketupat atau hajatan keagamaan
lainnya serta pada saat ada syukuran. Ter-ater biasanya mengantarkan sebuah
makanan siap saji kepada tetangga, kerabat, dan sanak keluarga di sekitar tapi
ada juga yg di antarkan pada keluarga yang rumahnya jauh. Dengan adanya budaya
ter-ater ini dapat mencerminkan bahwa masyarakat madura merupakan masyarakat
yang dermawan, baik hati, dan memiliki solidaritas tinggi kepada sesama.
Padahal budaya ini sering di anggap sepele dan biasa-biasa saja.
Terbukti dengan banyaknya tradisi
serta budaya yang ada di madura ini kita dapat menyimpulkan bahwa madura sangat
kaya dengan tradisi dan budaya. Sekarang tinggal bagaimana kita mempertahankan
tradisi dan budaya tersebut agar tidak punah dan melestarikannya.
Itulah
sedikit cerita tentang tradisi mantanah jikar ini. Saya harap sesuatu yang
telah saya tulis ini bermanfaat bagi masyarakat, khususnya para pembaca.
Apabila ada kesalahan tentang apa yang telah saya tulis atau tentang bahasa saya
yang menyinggung pembaca saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan saya juga
sangat berharap apa yang telah saya tulis ini dapat sedikit menambah
pengetahuan masyarakat yang sebelumnya tidak tau sedikitpun tentang
tradisi-tradisi lokal yang ada di madura. Dan apabila setelah membaca artikel
ini pembaca dapat mengetahui betapa unik dan menariknya tradisi di madura ini
semoga kita semua bisa lebih menghargai tradisi apapun entah yang di ketahui
masyarakat luas maupun masyarakat lokal saja. Serta lebih melestarikan tradisi
di madura ini. Selain itu kita harus bangga terhadap tradisi yang masih di
ketahui msyarakat maupun tradisi yang sudah hamper punah. karna tradisi
merupakan sebuah kekayaan yang di miliki.
0 komentar:
Posting Komentar