Berdasarkan fosil-fosil yang telah
ditemukan di wilayah Indonesia, dapat dipastikan bahwa sejak 2.000.000 (dua
juta) tahun yang lalu wilayah ini telah dihuni. Manusia Indonesia purba membawa
kebudayaan Batu Tua atau Palaeolitikum yang hidup secara nomaden atau
berpindah-pindah, dengan mata pencaharian berburu binatang dan meramu.
Manusia-manusia purba ini sesungguhnya lebih mirip
dengan manusia-manusia yang kini dikenal sebagai penduduk asli Australia. Dari
artefak-artefak yang ditemukan di tempat asalnya menunjukkan bahwa induk bangsa
ini berkulit hitam berbadan kecil dan termasuk tipe Veddoid-Austroloid. Dengan
demikian, yang berhak mengklaim dirinya sebagai ’penduduk asli Indonesia’
adalah kaum Negroid, atau Austroloid, yang berkulit hitam.
Wilayah Nusantara kemudian kedatangan bangsa
Austomelanesoide yang berasal dari Teluk Tonkin. Bangsa Austromelanesoide
dengan kebudayaan Mesolitikum yang sudah mulai hidup menetap dalam kelompok,
sudah mengenal api, meramu, dan berburu
binatang.
Pertemuan 2 peradaban ini mengakibatkan beberapa hal,
yaitu:
1. penduduk asli ditumpas
2. mereka diharuskan masuk dan bersembunyi di pedalaman untuk menyelamatkan diri
3. mereka yang ditaklukkan dijadikan hamba, dan kaum perempuannya dijadikan
1. penduduk asli ditumpas
2. mereka diharuskan masuk dan bersembunyi di pedalaman untuk menyelamatkan diri
3. mereka yang ditaklukkan dijadikan hamba, dan kaum perempuannya dijadikan
harem-harem untuk melayani para pemenang perang.
Pada gelombang migrasi kedua dari Yunan di tahun
2000-300 SM, datanglah orang-orang Melayu Tua “yang telah bercampur” dengan
bangsa Aria di daratan Yunan. Mereka disebut orang Melayu Muda atau Deutero
Melayu dengan kebudayaan perunggunya(Dongson). Kebudayaan ini lebih tinggi lagi
dari kebudayaan Batu Muda yang telah ada karena telah mengenal logam sebagai
alat perkakas hidup dan alat produksi.
Dengan menguasai tanah, bangsa Melayu Muda dapat
berkembang dengan pesat. Sebelum didatangi bangsa-bangsa pengembara dari luar,
tanah di Nusantara belum menjadi kepemilikan siapa pun.
Kebudayaan bangsa Melayu Muda bahkan menjadi penyumbang terbesar untuk cikal-bakal bangsa Indonesia sekarang.
Kebudayaan bangsa Melayu Muda bahkan menjadi penyumbang terbesar untuk cikal-bakal bangsa Indonesia sekarang.
Kedatangan bangsa Melayu Muda mengakibatkan bangsa Melayu Tua yang tadinya
hidup di sekitar aliran sungai dan pantai terdesak pula ke pedalaman karena
kebudayaannya kalah maju dari bangsa Melayu Muda. Sisa-sisa keturunan bangsa
Melayu Tua banyak ditemukan di daerah pedalaman seperti suku Dayak, Toraja,
orang Nias, Batak pedalaman, Orang Kubu, dan orang Sasak.
ΓΌ Jadi bangsa Indonesia merupakan percampuran antara dua
ras Austromelanesoid (Ras Hitam) dan Mongoloid (Ras Kuning) yang mendiami bumi
Nusantara. Kemudian gelombang demi gelombang bercampur dengan rumpun Aria dari
India, bangsa Semit dan Eropa (Ras Putih) di masa-masa sesudahnya. Sehingga
setelah punahnya manusia Astroloid maka tidak ada penduduk atau ras asli
wilayah Nusantara semua adalah bangsa-bangsa pendatang.
0 komentar:
Posting Komentar