VIHARA ALOKITESVARA
Obyek ini berada di Kampung Candi
Desa Monto’ Kecamatan Galis ± 14 Km dari Kota Pamekasan, berdekatan dengan
Pantai Talang Siring. Vihara terbesar kedua di Pulau Jawa dan salah satu ke
unikannya yaitu di dalam komplek terdapat Musholla, Gereja dan Pura yang
melambangkan kerukunan umat beragama.
Sejarah berdirinya wihara diawali
dengan sebelum masuknya agama Islam ke Pulau Madura, pada saat itu masyarakat
Madura memeluk agama Budha. Pada peradaban Budha, terdapat rencana untuk
membangun candi yang gagal di buat di desa Candi Burung dan akhirnya arca yang
didatangkan dari Pulau Jawa (masa kerajaan Majapahit) hanya sampai pada suatu
desa yang saat ini menjadi lokasi wihara dan arca tersebut masih tersimpan.
Rata-rata asal pengunjung atau peziarah yang datang yaitu
dari Medan, Sumatera, Lampung dll, bahkan dari Luar Negeri. Harapan dengan
adanya obyek ini dapat dijadikan pusat kegiatan keagamaan bagi pemeluk agama
budha pada khususnya, karena dilihat dari sejarah bahwa wihara ini adalah
wihara terbesar ke dua di Pulau Jawa, maka perlu adanya renovasi dan
pengembangan.
SITUS PANGERAN RONGGOSUKOWATI
Obyek Pemakaman Pangeran
Ronggosukowati terletak di Kelurahan Kolpajung Kabupaten Pamekasan kira-kira 1
Km sebelah utara alun-alun Kota Pamekasan. Situs ini merupakan komplek makam
Pangeran Ronggosukowati dan keluarganya, Pangeran Ronggosukowati adalah cicit
dari sang tokoh perintis daerah kekuasaan Pamellengan (Pamekasan) Ki Ario
Mengo.
Kekuasaan Pamellengan ditahtakan
kepada Ronggosukowati (1530) dan beliau rubah menjadi Pamekasan sebagai ikrar
untuk mandiri. Ronggosukowati raja islam pertama dan memang merupakan
pembangun/pendiri Pamekasan, beliau memerintah dari tahun 1530-1616, beberapa
peninggalannya walaupun sudah mengalami beberapa kali renovasi seperti taman
kota, Mesjid Jamik dan beberapa nama kota seperti Pongkoran, Menggungan,
Pangeranan, Kolpajung dan lainnya.
Rakyat Pamekasan sangat setia dan hormat kepadanya membuat Lemah Duwur dari Arosbaya iri dan menyebabkan peristiwa kolam si Ko’ol. Bahkan kesastriaannya yang heroik sangat membanggakan rakyat Pamekasan hingga saat ini. Sang pendiri Pamekasan gugur dalam Perang Puputan pada tanggal 1 Agustus 1624 melawan/menentang keangkaramurkaan dari politik ekspansi Sultan Agung dari Mataram. Ronggosukowati dinobatkan sebagai pahlawan penentang politik ekspansi Sultan Agung dari Mataram pada tanggal 12 Robiul awal 937 H atau 3 Nopember 1530 (Hitti, 1951 dan Pigaud, 1960).
0 komentar:
Posting Komentar