Suatu hari, ketika hari masih diselimuti kabut
diwarnai kicauan burung yang beragam desa kecil nan hijau itu begitu segar,
seorang gadis bernama Inem berkaca mata dan tidak tau tentang trend yang
tinggal bersama seorang nenek penjual gorengan nampak begitu senang,,,,’’nek,
aku mendapat beasiswa di sekolah elite
di kota itu nek’’ ujar gadis itu…’’tapi nenek takut kamu gak sanggup sekolah
disana cu’’ jawab nenek sambil menepuk punggung cucunya.’’Nenek gak usah
khawatir aku akan berusaha semampuku supaya bisa membahagiakan nenek, meskipun
aku tau mungkin mereka sulit menerima aku seperti yang lain’’ kata Inem.
Keesokan harinya Inem pergi ke sekolah meskipun
jaraknya sangat jauh tapi ia berangkat beberapa jam lebih awal supaya tidak
terlambat. Ia pergi ke sekolah dengan menggunakan sepeda. Tepat jam 6 pagi ia
sampai di sekolah dan dengan ramahnya menyapa setiap anak yang dia temui
disana. ‘’ permisi mbak saya mau tanya kelas biologi dimana ya?’’ tanya Inem
pada salah satu anak disana namun bukan mendapat jawaban tapi dia malah pergi
tanpa ada jawaban sedikitpun. Setelah ia berkeliling mencari kelas biologi
akhirnya ia pun menemukannya tapi sayangnya ia tidak menemukan seorang teman
pun yang baik sama dia, justru mereka terus terusan mengejek Inem karena
menurut mereka Inem adalah anak kampung yang cupu dan gak tau malu sekolah di
sana hanya dengan mengandalkan beasiswa. Inem selalu pulang dengan sedih, dia
hampir putus asa dengan segala perlakuan teman-temannya di sekolah.
Suatu saat ada seorang siswa baru bernama fitri, ia
adalah anak pengusaha terkaya di kota itu namun ia tidak seperti yang lain yang
hanya bisa mengejek dan mempermalukan orang lain, dia tidak suka dengan perlakuan
teman- temannya pada Inem. Saat jam istirahat ia membawa Inem ke kantin karena
ia melihat Inem tidak pernah makan di sekolah karena keterbatasan ekonomi.
‘’fit , maksih ya kamu udah beliin aku makanan!’’ ucap Inem, ‘’udahlah nem, gak
usah berlebihan kayak gitu, sebenarnya kenapa sih kamu kok betah di perlakuan
kayak gitu ama mereka?’’ tanya fitri, ‘’sebenarnya aku juga udah capek fit,
tapi aku gak mau mengecewakan nenek yang sekarang lagi sakit-sakitan, aku betah
disini karena ku ingin mencapai cita-citaku dan membahagiakan nenek yang sudah
menjaga dan merawatku dari kecil’’ jawab Inem. Sejak saat it fitri selalu
membantu inem saat ia lagi kesusahan.
3 tahun sudah inem menjalani semua hambatan yang ada
di sekolah itu , namun setelah ia terbebas dari teman-teman yang selalu membenci
dan mengejeknya justru ia mendapat masalah yang lebih besar, ia kehilangan
sosok nenek yang selalu menyayangi dan menegurnya saat ia salah, nenek yang
selalu merawat ia dari kecil dan satu- satunya keluarga yang ia miliki selama
ini. Beberapa hari setelah kepergian nenek nya Inem berencana untuk mencari
pekerjaan di kota. Namun, ia tak kunjung menemukan lowongan pekerjaan, tepat di
depan rumah sakit ia bertemu fitri yang baru keluar dari rumah sakit itu.
‘’Inem …!’’ teriak fitri. ‘’fitri…’’
ujarnya. Mereka pun berbincang-bincang mengenai kehidupan Inem yang di selimuti
kesedihan. ‘’aku harus menceritakan ini semua sama papa karena aku tau hanya Inem
yang bisa menggantikan posisi aku, mungkin umurku gak lama lagi, aku ingin papa
mengadopsi Inem sebagai anak.’’ Kata fitri dalam hati.
Tepat jam 7 malam Fitri
menelfon Inem untuk datang kerumahnya, mereka membicarakan inem supaya ia mau
tinggal di rumah Fitri dan menganggap orang tua Fitri sebagai orang
tuanya.tanpa pikir panjang Inem pun mau menerima tawaran keluarga Fitri dan
sejak saat itu mereka tinggal dalam satu rumah. Inem pun di biayai oleh orang
tua fitri untuk bersekolah dan mengejar cita-cita yang ia inginkan, mereka
menyayangi Inem dengan sepenuh hati. Bebeda dengan Fitri meskipun ia senang melihat
keluarga barunya namun ia tak bisa ada bersama mereka, ia lebih dulu pergi
meninggalkan mereka semua karena penyakit yang ia derita. “Fit , makasih atas
semua yang kamu lakukan sama aku, aku tidak mengira bahwa kamu melakukan ini
semua karena kamu akan pergi selamanya, aku tidak akan pernah melupakan
kebaikanmu’’. Sambil memegang foto fitri.
Kehidupan inem sekarang begitu bahagia, ia mendapat
keluarga yang begitu menyayanginya dan ia juga sudah bisa meraih cita-cita yang
dari dulu ia impikan yaitu menjadi seorang dokter. Teman temanya pun yang dulu
tidak suka pada inem bahkan mereka sangat membencinya sekarang sudah baik dan
menerima inem layaknya yang lain. Ia selalu mengingat kebaikan dan pengorbanan
sahabatnya untuk kesuksesan yang ia raih karena ia sadar bahwa yang ia miliki
sekarang bukan hanya jerih payah dan kesabaran yang ia lakukan namun juga
karena sahabat yang selalu bersamanya dan kekuasan Tuhan yang telah di berikan
padanya.
0 komentar:
Posting Komentar